Minggu, 03 Agustus 2014

Otobiografi



Si Miskin dengan Mimpi Besarnya
OTOBIOGRAFI
created by Nita Nur Yutdiana
Mungkin itu yang bisa disebut untuk orang seperti aku yang mengharapakan suatu kesempurnaan kehidupan. Keserakahanku untuk berdiri memutar roda yang semula menindas kehidupanku untuk menjadi roda yang menggulingkanku pada kesuksesan.
Aku ingin apa yang setiap orangtuaku ucap untuk mereka miliki, dapat aku penuhi. Tapi aku bukanlah lebih dari orang kecil yang hanya punya mimpi untuk semua itu. Diangka 17 ini mungkin bisa dibilang tak ada setitik senyum yang aku berikan untuk mereka. Karena aku hanya bisa memberikan keletihan baginya untukknya berjuang memberiku kehidupan yang lebih baik.
Mereka mengharapkan aku dapat bahagia layaknya orang lain yang dengan mudahnya tersenyum dengan semua yang mereka miliki. Begitu pula orangtuaku, ia menginginkanku bisa bahagia seperti lainnya meskipun mereka tak bisa tersenyum selama seharian hanya untuk bersusah payah demi menciptakan senyumanku.
Meskipun ada catatan buruk pada latar belakang orangtuaku, tapi mereka berusaha tak mencontekkan itu pada aku anak sulungnya. Dan aku berusaha sebisa aku hingga saat ini memberinya sedikit pengusap keringat dengan sedikit kedewasaanku. Mungkin hanya lubang kecil yang bisa memberinya sedikit nafas, tapi karena kita mampu bersyukur aku dengan adikku mampu tersenyum dalam kesederhanaan ini J
Sedikit tentang gimana aku tumbuh, dulu aku memang bukan lahir dari keluarga yang ada. Hanya kesederhanaan yang ada sampai detik ini. Selama lebih hingga aku berumur 10 tahun, aku tumbuh dari kehidupan ibuku. Karena saat itu entah apa yang terjadi ayahku pergi. Sampai detik ini aku masih belum megetahui apa alasan mereka menyembunyikan hal dalam 10 tahun pertumbuhanku itu. Semasaku itu aku sama sekali tidak mengenal seorang ayah termasuk laki yang bisa disebut kepala keluarga itu. Entah karena apa, apa mungkin karena perilaku ayahku yang belum bisa berubah dari kebiasaan burukknya itu atau kenapa. Yang pasti aku tak terlalu berharap lebih dalam usiaku saat itu tentang seorang ayah.
Mungkin banyak yang menaruh kasian kepadaku karena statusku saat itu hingga banyak simpati ddatang dari keluargaku terutama orang terdekatku. Aku yang saat itu seolah tak menghiraukan seperti apa ayahku dan sampai kapan aku harus seperti ini. Tak sama sekali ada airmata keluar saat beliau tak ada dikehidupanku.
Dan dengan waktu tiba2 ada seorang pria paruh baya datang kerumah, aku tak mengira lelaki dengan penampilan seperti itu ternyata adalah ayahku. Awal aku menatap wajahnya bukan senyum yang aku berikan tapi airmata yang seolah tak mau menerima kedatangannya secara mengejutkan itu.
Aku saat itu tak yakin apa itu benar seorang ayah untukku atau hanya tipuan saja. Hari demi hari kulalui dengannya, hingga suatu saat pria itu membuat masalah dengan keluargaku. Aku tak tau kenapa masalah itu ada dan ternyata permasalahan itu sudah ada sejak aku lahir. Aku semakin tak tau jalan fikiran keluarga ini. Apa mereka berniat membohongiku hingga usiaku saat itu atau seperti apa. Aku hanya bisa diam dan berusaha menerima apa yang terjadi padaku saat itu.
Mungkin Tuhan tau yang terbaik untukku, hingga suatu saat aku mulai mempermaslahkan statusku dikeluarga itu. Mungkin sangat tak pantas bagiku, semua sayang denganku tapi aku butuh kepastian mengenai siapa sebenarnya diriku. Sampai detik ini aku masih tak tau apa yang sebenarnya disembunyikan keluargaku padaku.
Hingga suatu ketika aku tak sengaja melihat tahun yang tercantum dijanji suciibu dan ayahku, dan itu tak menunjukkan tanggal yang sama denga tahun lahirku. Semakin mengherankan lagi, nama ayahku tak tercantum dalama akta kelahiranku. Aku yang saat itu menginjak dewasa berupaya mencari siapa aku, meski tak kuberitaau ibu dan ayahku tapi aku mau aku punya status yang benar.
Tak terkecuali dengan bagaimana kesehaianku dulu tanpa seorang lelaki pemimpin keluarga. Aku dibesarkan oleh dua wanita perkas yaitu nenek dan ibuku. Mereka senantiasa sabar menghadapiku, aku yang bisa dibilang penurut waktu itu tak terlalu menyusahkan mereka. Dan saat itu meski hanya kami bertiga dalam satu rumah tapi tak pernah ada tangis yang keluar dimata ibuku. Aku sangat merindukan suasana saat itu. Tapi itu 7 tahun lalu, sekarang semua sudah berbeda.
Mungkin Tuhan mempunyai kejutan untukku dimasa kedepan. Selama 7 tahun terakhir ini aku hidup dengan keluarga utuh dimana ada ayah dan ibu disampingku. Meski tak seutuh kenyataanya, aku berusaha mensyukuri semuanya. Karena hanya dengan cara itu aku mampu hidup hingga saat ini.
Aku berusaha menganggapnya orangtua yang ada selama 17 tahun umurku ini, meski sebenarnya baru 7 tahun lalu ia kembali dikehidupanku secara misterius. Mungkin secara tidak langsung aku bisa dibilang tertipu oleh keluargaku sendiri tapi tak apalah, aku tetap mengucap syukur karena beliau datang dengan tanggungjawabnya sebagai  seoranga ayah.
Dan selama 4 tahun terakhir ini, ada 1 anak lelaki yang menjadi penggantiku kelak menjaga ibu ketika aku pergi untuk sementara dari keluarga ini. Bukan untuk menyesali atau menghilang dari keluarga yang telah membesarkanku hingga saat ini, tapi aku ingin melunasi cucuran keringat yang tlah keluar dari kerjakeras kedua orangtuaku.
Hingga suatu saat aku mulai sadar bahwa  : Apa yang bisa aku beri pada mereka hingga akhir ini? ; sama sekali tak ada ;
Fikiranku tertuju kesuatu motivasi hidupku, Aku hidup didunia ini tak lebih hanya untuk membahagiakan orangtuaku dan menuntunnya pada Tuhannya J motivasi yang sampai saat ini aku pegang dan sampai detik ini juga ak belum bisa membuktikkanpada mereka jika aku bisa lakukan itu. Mungkin ada penyesalan karena suatu kegagalan tapi aku yakin aku bisa mengubah semuanya.
Dari keluarga tak mampu yang bisa dibilang dalam satu kampung ini yang tak mempunyai rumah sendiri adalah keluargaku tapi aku bisa mengubah semua kata2 itu menjadi Aku akan menjadi keluarga dengan rumah dan kesuksesan nomor 2 dikampungku. Itu yang diinginkan orangtuaku yang barusaja terucapa dalam 2 hari terakhir ini.
Karena aku dan ibukku sering melihat tayangan motivasi, maka sempat ibukku mengatakan “Nah, kamu harus jadi sepeti itu. Hari orang yang tak mempunyai rumah dikampung ini menjadi orang yang bisa membangun rumah setidaknya secara visual terbaik nomor 2 dikampung dan bisa menyekolahkan adikmu ini”
Keinginan pertama yang terucap dari mulut ibuku selama 17 tahun umurku ini. Mungkin itu hal yang membuat orang tertawa kare keinginan ibuku yang terlalu tinggi, mungkinorang lain menggapnya hanya igo.an ibuku saja tapi untuk aku itu semua adalah DO’A. Dimana awal doa ibu yang akan menuntunku mengbulkan perkataan itu
Dan detik dimulainya ucapan ibuku itu keluar dari mulutnya, aku berkata dalam hati ::Tuhan, aamiinilah setiap keinginan ibuku. Lancarkanlah jalanku menuju kebahagiaan demi ibuku. Apapun akan aku perjuangkan deminya::
Dan mulai detik itu juga, nafas ini akan aku khususkan untuknya, Semoga apa yang kuperbuat kedepan membuktikan kebanarannya. TerimakasihJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar